KHOTBAH JUM'AT
KEJUJURAN VERSUS KEBOHONGAN
ò¹ôÍjòq Ü óÊfôYË ó"A ÜG òÉñ»A Ü ôÆA fòÈôqA
, óÉ@÷>¼»A BòÃAfòÇ ôÆA ÜËò» òÐfòNôÈòÄø» BúÄó· Bò¿Ë AhñÈø» BòÃAfòÇ ôÐhú»A øÉ@÷>>¼ø»f@@ôÀ@@òZô»A
BòÄø÷ÎøJòà øÉ@÷>¼»A ø¾Ìómi Óò¼ò§ ôºiBòI Ë ôÁ@ø÷¼òmË
ø÷½òu úÁ@óÈ÷>¼»A , óÊf@ô¨òI úÏ@@øJòÃ Ü óÉó»Ìómi Ë óÊf@@ôJò§ Aõf@úÀòZó¿
úÆA fòÈôqAË , óÉ@@ò»
øÉ@÷>¼»A ÔÌô´òNøI ôÁó·B@úÍGË ôÏ@ønô°òÄøI ôÏ@øuËA , øÉ÷>@¼»A
eBòJø§ Bò@Îò¯ . f@@ô¨òI Bú¿A , óÊÜAË ôÅò¿ Ë øÉ@øIBòZôuAË øÉ@@ø»A Ó@ò¼ò§
Ë ùfúÀòZó¿
. òÆ Ì@@@@@@@óZø¼ô°@@@@óM ôÁ@ó¸ú¼ò¨ò» óÊAÌ@@ô´òM úµòY
Hadirin jamaah jum’at yang dimuliakan Allah
SWT
Dalam
sejarah awal pertumbuhan dan perkembangan Islam, terdapat dua tokoh yang
mendapat gelar atau julukan yang berbeda, bahkan bertolak belakang secara
diametral. Yang pertama adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, sedangkan yang kedua
adalah Musailamah Al Kadzdzab.
Umat
Islam sudah seharusnya mengenal siapa sebenarnya Abu Bakar. Dia adalah sahabat
besar Rasulullah SAW yang di kemudian hari menjadi bapak mertua beliau. Karena
anak perempuannya yang bernama Aisyah r.a menjadi istri beliau yang cerdas, dan paling banyak meriwayatkan hadits. Abu bakar diberi gelar “Ash Shiddiq” karena menjadi orang yang selalu jujur dan membenarkan segala apa yang datangnya dari Rasulullah SAW, terutama membenarkan peristiwa Isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, sebuah peristiwa yang penalaran dan logika orang-orang Quraisy pada masa itu adalah sangat mustahil. Ketika mereka bertanya kepada Abu Bakar, maka diapun menjawab dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun, “Ya, saya benarkan, bahkan saya membenarkan peristiwa yang lebih aneh dan mustahil lagi daripada yang demikian itu.”
anak perempuannya yang bernama Aisyah r.a menjadi istri beliau yang cerdas, dan paling banyak meriwayatkan hadits. Abu bakar diberi gelar “Ash Shiddiq” karena menjadi orang yang selalu jujur dan membenarkan segala apa yang datangnya dari Rasulullah SAW, terutama membenarkan peristiwa Isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, sebuah peristiwa yang penalaran dan logika orang-orang Quraisy pada masa itu adalah sangat mustahil. Ketika mereka bertanya kepada Abu Bakar, maka diapun menjawab dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun, “Ya, saya benarkan, bahkan saya membenarkan peristiwa yang lebih aneh dan mustahil lagi daripada yang demikian itu.”
Disamping
Abu Bakar, umat islam seharusnya juga mengenal seorang tokoh hitam jahat yang
bernama Musailamah. Semenjak Rasulullah masih hidup, dia sudah mengaku dirinya
sebagai seorang Nabi dan Rasul. Ketika menulis sepucuk surat kepada Rasulullah
SAW, dia memulai dengan kalimat, “Dari
Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah....” surat itupun dibalas
Nabi SAW dengan kaliamat pembuka, “Bismillahirrahmanirrahiim.
Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah Al Kadzdzab.....” semenjak
itulah julukan Al Kadzdzab yang artinay orang yang selalu berdusta melekat erat
pada diri Musailamah.
Ma’asyiral Muslimiin Rahimakumullah
Setelah
era Abu Bakar Ash Shiddiq dan Musailamah Al Kadzdzab, tidak adakah lagi
orang-orang yang memiliki karakter seperti keduanya? Terutama apda zaman modern
saat ini? Jawabannya tegas :”ada dan akan
selalu ada!” kalau berbagai peristiwa yang di ekspos media massa kita
pelajari dengan cermat, maka boleh jadi kita akan tercengang karena ternyata
manusia yang berkarakter Al Kadzdzab jumlahnya naik berlipat ganda, menyebar
dimana-mana, di berbagai aspek kehidupan manusia. Bahkan, jumlah itu
mengalahkan jumlah manusia yang berkarakter Ash Shiddiq.
Padahal
Rasulullah SAW telah menyeru kepada kita semua untuk tidak berbohong dan
berbuat jujur dimanapun kita berada dan dalam situasi segenting apapun kecuali
untuk kebaikan.
Amal
ibadah dan kejujuran itu merupakan barometer atau ukuran keimanan dan ketaqwaan
seorang hamba kepada Rabbnya, Allah SWT. Untuk menjadi orang yang bertaqwa,
kita dituntut untuk mengerjakan segala apa yang diperintahkan Allah, dan
menjauhi segala apa yang dilarang dan dibenci oleh-Nya.
Kita
sendiri tahu bahwa Allah SWT mencintai orang-orang yang jujur. Kita juga tahu
bahwa Allah SWT sangat membenci orang yang mengatakan sesuatu yang tidak ia
kerjakan ayau ia ketahui, yang dalam bahasa yang sederhana adalah Al Kadzdzab (
bohong ), sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’anul Kariim.
{ 3 : ÷±v»A } . òÆÌó¼ò¨ô°òM Ü Bò¿
AÌó»Ìó´òM ôÆòA "AfôÄø§ BõNô´ò¿ jóJò·
Artinya
: “Amat besar kebencian disisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat.” (Q.S. Ash Shaff :
3)
Kerana
itulah kita bisa memahami kenapa Rasulullah SAW, karena kecintaannya kepada
umat islam dan kaum beriman, mengawal mereka dengan bimbingan sabdanya
sebagaimana berikut.
ó¶fôv@òÍ ó½óUj»A ó¾Alò@Í Bò¿Ë , øÒ@@úÄòVô»A Ó@ò»G
ôÐfôÈòÍ j@øJô»A úÆG Ë jø@Jô»A Óò»G ôÐfôÈ@òÍ ò¶fø÷@v»A úÆHò@¯ ø¶fø÷@v»BøI
ôÁó@¸@@ôÎò¼ò§
iÌó@@V@ó°ô»A Óò»A
ôÐfô@È@òÍ òLhò¸ô»A úÆHò¯ òLhò@¸ô»AË ôÁó·Bú@ÍGË . Bõ@´ôÍføu øÉ÷>@@¼»Af@ôÄø§
òKò@Nô¸óÍ Óú@NòY ò¶fø@÷v»A ÔjòZòN@òÍ Ë
. B@õIAhø@· òÉ@@÷>¼»AfôÄø§ òKò@Nô¸@óÍ Ó@úNòY òLhò¸ô»A
ÔjòZòN@òÍË óLhô¸òÍ ó½@@óUj»A ó¾AlòÍ Bò¿Ë . iBúûA Óò»G ôÐfôÈòÍ
iÌóVó°ô»A úÆGË
# Á@@¼n¿ ÊAËi $
Artinya : “Wajib bagi kamu sekalian berbuat jujur atau benar karena sesungguhnya kejujuran / kebenaran itu akan membimbing kepada kebaikan, sedangkan kebaikan itu akan membimbing ( masuk ) kedalam surga. Seseorang yang selalu berbuat jujur / benar dan terus menrus berbuat jujur / benar. Niscaya akan dicatat disisi Allah sebagai “shiddiq” [yakni orang yang selalu berbuat jujur / benar]. Sebaliknya, jauhilah olehmu sekalian perbuatan dusta / bohong karena dusta / bohong itu akan membimbing kepada kejahatan, sedang kejahatan itu akan membimbing ( masuk ) kedalam neraka. Seseorang yang selalu berbuat dusta / bohong dan terus menerus berbuat dusta. Niscaya akan dicatat di sisi Allah sebagai “kadzdzab” [yakni orang yang selalu berbuat dusta / bohong].” { H.R. Muslim }
Dibalik
sabda Rasulullah SAW tersebut tersirat adanya pilihan kepada kita : “Kalau
ingin masuk surga, banyak-banyaklah berbuat jujur atau benar. Namun jika
berniat masuk neraka, silahkan menumpuk-numpuk tindak kejahatan.”
Zumratal Mu’miniin Rahimakumullah...
Pada
dasarnya, dengan bekal fitrahnya, setiap orang dapat menjadi orang yang jujur /
benar, bahkan mengejewantah menjadi pendukung fanatik kejujuran dan kebenaran
ini dijaga dalam sebuah sistem kemasyarakatan dan miliu ( lingkungan sosial ) yang penuh dengan tradisi kejujuran /
kebenaran. Kalau tidak demikian, bersiap-siaplah mengalami metamorfosa dari
manusia yang jujur / benar menjadi manusia yang suka dusta / berbohong dalam
segala bidang kehidupan. Begitu pentingnya hidup dalam miliu ( lingkungan sosial ) yang penuh kejujuran / kebenaran,
sampai-sampai Allah SWT memberikan perintah langsung dan jelas dalam
firman-Nya.
{ 119 : ÒIÌN»A } . òÅ@@ôÎø³f÷>v»A ò©ò¿ AÌóÃÌ@ó·Ë
òÉ@@÷>¼»AAÌó´@@ò÷M AÌ@óÄò¿A òÆ@ôÍhú»A BòÈûÍABòÍ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah dan menjadilah ( atau beradalah / tinggalah ) kamu sekalian bersama-sama dengan orang-orang yang jujur / benar.” ( Q.S. At Taubah : 19 )
Ketika
seseorang tidak meyakini akan kebenaran dari firman Allah SWT tersebut, lalu
melakukan perbuatan yang sebaliknya, maka yang terjadi kemudian adalah
munculnya orang-orang seperti Gayus Tambunan. Sebagaimana telah ketahui bersama
bahwa Gayus Tambunan adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan pangkat /
golongan masih IIIA dan baru lima tahun menjadi punggawa pemerintah di
Direktorat Jenderal Pajak. Gajinya perbulan 12 juta rupiah- menurut standar
penggajian DKI Jakarta, ditambah “Remunerasi”
dari Kementrian Keuangan. Remunerasi
adalah sejumlah uang yang diberikan kepada pegawai sebagai balas jasa untuk
pekerjaan yang dilakukannya, khususnya di tempat-tempat “basah” yang potensi
godaan korupsinya sangat besar. Sementara itu, istri Gayus Tambunan yang
bekerja sebagai staff sekretariat DPRD DKI Jakarta, bergaji enam juta rupiah
per bulan. Total jendral pasangan suami istri berpenghasilan 18 juta rupiah per
bulan.
Penghasilan
yang begitu besar ternyata belum memuaskan hasrat keduniaan Gayus Tambunan. Dan
tiba-tiba kita semua, rakyat dan bangsa Indonesia,tercengang karena terbukti
dia memiliki rekening siluman dengan uang simpanan sebesar 28 milyar rupiah.
Tentu saja uang sebesar itu diperoleh Gayus Tambunan dari jalan yang tidak
jujur / benar, denga cara berdusta dan kerja manipulatif, melalui jaringan
sindikat makelar kasus perpajakan.
Hadirin yang dikasihi dan dicintai Allah...
Gayus
Tambunan adalah contoh aktual dan realistis tentang tragedi anak manusia yang
begitu cepat berubah, dari lugu menjadi mata duitan, dari jujur menjadi penuh
dusta, karena kuatnya faktor lingkungan sosial dan lingkungan pergaulan yang
tidak mendukung berkembangnya atmosfir kejujuran dan kebenaran.
Akan
tetapi malah sebaliknya, lingkungan sosial seakan mendukung berkembangnya
atmosfir ketidak jujuran dan kejelekan. Bahkan, tontonan di televisi dan media
elektronik lain seakan-akan memberitahu kita bagaimana caranya berdusta atau
melakukan kejelekan.
Apa
yang dilakukan Gayus Tambunan bisa kita jadikan contoh, bukan contoh untuk kita
tiru, melainkan contoh yang harus kita hindari. Dari apa yang dilakukan Gayus,
bisa dikatakan bahwa Gayus Tambunan adalah sosok yang berfikir tanpa berfikir.
Ia begitu lihai berfikir bagaimana cara mendustai orang dan masyarakat tanpa
ketahuan, akan tetapi tidak berfikir bagaiman akibat daripada kedustaan yang ia
lakukan.
Hadirin jama’ah jum’at yang berbahagia...
Telah
kita ketahui bersama bahwa apapun yang kita lakukan, pasti akan mendapat
balasan dari Allah SWT, entah itu baik atau buruk, pasti akan mendapat balasan
yang setimpal dari-Nya. Jika kita berbuat baik, walaupun itu sedikit / tidak
seberapa, walaupun hanya menyingkirkan duri, paku atau halangan dari jalan,
kita akan mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT. Dan sebaliknya, ika kita
melakukan keburukan sekecil apapun itu, kita akan mendapat balasan keburukan
yang setimpal pula. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Alqur’anul Kariim.
ٔ _ÊAjú@Í Aüj@òq ùÑig ò¾Bò@³ô@Rø¿ ô½òÀô¨@òÍ ôÅò¿Ë ۚ _ÊAj@úÍ Aj@ôÎòa ùÑig ò¾Bò@´@ôRø¿ ô½òÀô¨@òÍ ôÅ@òÀò¯
Artinya
: “...Maka barang siapa melakukan kebaikan walau sebesar biji dzarrah, ia akan
mendapat balasannya,. Dan barang siapa yang melakukan kejelekan walau sebesar
biji dzarrah pun, ia akan mendapat balasan (kejelekan) pula...” (Q.S. Al
Zalzalah : 7-8)
Allah
SWT telah menjelaskan sejelas-jelasnya di Alqur’an, akan tetapi tetap saja
manusia tetap melakukan kejelekan disetiap iringan langkahnya. Seolah mereka
tidak tahu akan firman tersebut, atau bahkan mereka pura-pura tidak tahu akan
firman tersebut, semuanya hanya Allah yang tahu, dan sungguh semua akan kembali
kepada-Nya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah...
Sampai
kapan pertarungan antara kejujuran versus kebohongan akan berhenti? Jawabannnya
adalah “tidak akan pernah berhenti sepanjang manusia dengan potensi baik an
buruknya masih hidup, sepanjang manusia lebih mengedepankan tuntutan hawa nafsu
daripada ketuka hati nurani, dan selama manusia tidak mau memecahkan problem
kehidupan yang dihadapinya dengan resep dan cara-cara yang dituntunkan oleh
Allah SWT dan Rasulullah SAW.
óÊËjø°ô¬ò@NômBò¯
ùKôÃg ø÷½ó· ôÅø¿ øPBòÀø¼ônóÀô»AË òÅôÎøÀø¼ônóÀô»AjøÖBònø»Ë ôÁó¸ò»Ë ôÏø» ,
òÁôÎø¤ò¨ô»A øÉ÷>¼»Ajø°ô¬òNômCË AhñÇ ôÏø»Ìò³ ó¾Ìó³C
. ôÁ@@@@@@@@@@@@@ôÎøYi»A iÌó°ò¬ô»A òÌóÇ
óÉ@@@úÃøG .
KHOTBAH KEDUA
Bò@Ä@ø÷ÎøJ@òà Óò¼ò§
óÉó¿Ýòm Ë øÉ÷>¼»A óPAÌò¼òuË . øÅôÍf»AË BÎôÃf»A iÌó¿C Ó@ò¼ò§Ë
óÅôÎø¨òNônòà øÉ@øIË . òÅôÎøÀò»Bò¨ô»A ø÷Li øÉ÷>@@¼ø»fôÀòZô»A
. óÅôÎøJóÀô»A ûµòZô»A
ó¹ø¼òÀô»A óÉò» ò¹ôÍjòq Ü óÊfôYË óÉ@@÷>¼»A ÜG òÉñ»A Ü ôÆA fò@ÈôqA .
òÅô@ΨòÀôUòC øÉ@øJôZòuË øÉ@@ø»A Óò¼ò§
ËùfúÀòZó¿
øÉ@÷>¼»A ø¾Ìómi
Óò¼ò§ ôºiBòI Ë ôÁ@ø÷¼òmË ø÷½òu úÁ@óÈ÷>¼»A. òÅôÎøÀò»Bò¨ô¼ø» õÒòÀôYi
óSÌó¨ôJòÀô»A óÉó»Ìómi Ë óÊfôJò§
AfúÀòZó¿ úÆA fòÈôqC Ë
øÉ÷>¼»A ÔÌô´òNøI òÐBúÍG Ë ôÁó¸ôÎømËA øÉ@@÷>¼»A
eBòJø§ BòÎò¯. fô¨òI Bú¿C . óÊÜAË ôÅò¿ Ë øÉ@øIBòZôuAË øÉ@@ø»A Ó@ò¼ò§ Ë
ùfúÀòZó¿ BòÄø÷ÎøJòÃ
. òÆÌóÀòYjóM ôÁó¸ú¼ò¨ò»
Hadirin jama’ah jum’at yang di cintai Allah...
Marilah
kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdo’a. Semoga Allah SWT berkenan
memberikan kita. Antara lain, kemampuan untuk merasa konsisten atau istiqomah
bertindak jujur dan memeperjuangkan kebenaran kapanpun dan dimanapun kita
berada, serta menjauhkan kita dari kebiasaan berdusta atau berbuat kebohongan
dalam hal apapun dan kepada siapapun.
BòÄò»jø°ô«A úÁóÈ÷>¼»A . òÅôÎø¨òÀôUC øÉøIBòZôuA Ë
øÉø»A Óò¼ò§ ËùfúÀòZó¿ BòÄø÷ÎøJòà Óò¼ò§ óÂÝún»AË óÑÝúu»A Ë òÅôÎøÀò»Bò¨ô»A
ø÷Li øÉ÷>¼ø» fôÀòZô»A
. öÁ@@ôÎøYi ö²ËÕi ò¹@úÃG B@òÄúIi AÌó@Äò¿A
òÅôÍhú¼ø» üÝø« B@òÄ@øIËó¼ó³ ôÏø¯ ô½ò¨ôVòM Ü Ë . øÆBòÀ@ôÍâôBøI BòÃÌó´@òJòm
òÅôÍh@ú»A Bò@ÄøÃAÌ@ôaâø Ë
. øÕAÌôÇÞôAË ø¾BòÀô§ÞôAË ø¶ÝôaÞôA øPAjò¸ôÄó¿ ôÅø¿
ò¹@øIgÌó¨òà úÁ@@óÈ÷>¼»A
øÑjøaÜA øLAhò§ Ë BòÎôÃf»A øÐkøa ôÅø¿ BòÃjøUC Ë ,
BòÈø÷¼ó· iÌó¿ÜôA ôÏø¯ BòÄòNòJø³Bò§ ôÅ@@ønôYA úÁ@@@óÈ÷>¼»A
. iBúÄ»A òLAhò§
BòÄø³Ë õÒòÄònòY øÑjøaÜA ôÏø¯Ë õÒòÄònòY BòÎôÃf»A ôÏø¯ BòÄøMA BòÄúIi
.
òÅ@@@@@ôÎøÀò»B@@ò¨ô»A ø÷Li øÉ@@@@@@@÷>¼ø» fôÀòZô»AË
øÏ@@@ô¬òJô»AË jò¸@@ôÄóÀô»AË ÕBòrôZò°ô»A øÅò§ ÓñÈôÄòÍ Ë
ÓñIjó´ô»A Ôøg ÕBòNôÍG Ë øÆBònôYâAË ø¾fò¨ô»BøI jó¿DòÍ òÉ÷>¼»A úÆG !
øÉ÷>¼»AeBòJø§
. jòJô·C
øÉ@@÷>¼»A jô·hò» Ë ôÁó¸ò¼ôJøVòNônòÍ óÊÌó§eAË ôÁó·jó·hòÍ .
øÁôÎø¤ò¨ô»A òÉ÷>¼»AËjó·gBò¯ . òÆËjú·hòM ôÁó¸ú¼ò¨ò» øÁó¸ó¤ôÎø¨òÍ
- *** -